Pertemuan Kedua dengan Adik Rania sekaligus imunisasi 1 bulan Pertama
Oleh : ALIFIAH AZZAHRA | Pada : 30 Januari 2024 | Dilihat Sebanyak 100 Kali

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, perkenalkan saya Alifiah Azzahra dengan NIM C011211158. Pada tanggal 22 Desember 2023, kami bertemu lagi dengan ibu Jumriati dan bayinya, adik Rania untuk yang kedua kalinya. Pada pertemuan sebelumnya, kami telah mengingatkan ibu untuk imunisasi. Awalnya ibu Jumriati enggan membawa anaknya untuk di imunisasi. Namun, saya dan rekan saya membujuk beliau dengan menjelaskan manfaat imunisasi untuk bayi dan bahayanya bila tidak melakukan imunisasi. Pada hari itu, vaksin yang diberikan untuk adik Rania adalah BCG dan Polio I. Maka dari itu, kami pun menjelaskan mengenai BCG yaitu, vaksin untuk penyakit TB. Ternyata, ibu Jumriati masih merasa asing dengan penyakit tersebut sehingga kami mengatakan salah satu gejalanya yaitu batuk darah, sedangkan polio adalah penyakit yang menyerang anggota gerak sehingga bayi dapat lumpuh. Setelah mendengar penjelasan kami, akhirnya ibu Jumriati ingin membawa bayinya untuk imunisasi. Kami pun mengantarkan beliau ke Puskesmas Tamalanrea, yaitu puskesmas rujukan sekaligus yang terdekat dari rumah ibu Jumriati.
Saat tiba di Puskesmas, kami pun mengambil nomor antrean dan menunggu nomor kami dipanggil. Sambil menunggu, saya dan rekan saya pun menanyakan mengenai kabar adik Rania. Dari pengamatan kami, dapat dilihat bahwa adik Rania tidur dengan sangat pulas di gendongan ibunya. Yang cukup menarik perhatian saya adalah botol susu yang dibawa oleh ibu Jumriati. Lalu, saya berinisiatif menanyakan bagaimana proses menyusui adik Rania. Jawaban ibu Jumriati cukup membuat saya dan rekan saya terkejut karena ternyata adik Rania tidak diberi ASI ekslusif, melainkan diberi susu formula (merk SGM 0-6 bulan). Saya dan rekan saya pun mengedukasi ibu Jumriati bahwa ASI merupakan susu terbaik untuk pertumbuhan adik Rania. Tidak lama kemudian nomor antrean kami dipanggil.
Saat tiba di ruang pemeriksaan, adik Rania pun diperiksa panjang tubuh dan beratnya. Ternyata, hasilnya berat adik Rania sangat kurang, sehingga bidan mengedukasi ibu Jumriati untuk memberikan susu lebih intens yaitu, 2 jam sekali. Selain itu, bidan juga mengedukasi agar adik Rania diberi ASI ekslusif. Ibu Jumriati berkata ASI nya tidak lancar, bidan kemudian menyarankan agar ibu Jumriati banyak mengonsumsi sayuran.
Setelah pengukuran berat dan panjang badan, tibalah saat adik Rania diimunisasi. Lalu, saya dan rekan saya mengedukasi ibu Jumriati bila adik Rania demam, itu adalah hal yang norma. Selain itu, kami juga menjelaskan kemungkinan akan terjadi bengkak pada daerah bekas suntikan, sehingga diusahakan agar daerah tersebut tidak boleh digosok ataupun dibilas dengan sabun. Setelah selesai mendampingi ibu jumriati dan bayinya kami pun mengantar pulang ke Rumahnya.