Kunjungan Pertama Program 1000HK bersama Ibu Hasyia
Oleh : Muhammad Rayzha Shalvaa Murshal | Pada : 02 Juni 2022 | Dilihat Sebanyak 33 Kali

Bismillah. Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, perkenalkan saya Muhammad Rayzha Shalvaa Murshal NIM C011191095 mahasiswa angkatan 2019 PDU (Pendidikan Dokter Umum) selaku kakak asuh dari Ibu Hasyia.
6 Maret 2021
Hari itu merupakan pertama kalinya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Hasyia selaku ibu asuh yang sebelumnya telah disetujui dan diizinkan dari pihak Puskesmas Tamalate untuk dilakukan pemantauan pada program 1000 HPK. Sebelum melakukan kunjungan, saya diberi bimbingan terlebih dahulu oleh salah satu bidan senior yaitu Ibu Rahma yang bersama-sama memantau kehamilan Ibu Hasyia. Beliau memberikan beberapa wejangan serta latar belakang dari Ibu Hasyia, agar saat melakukan kunjungan Ibu Hasyia tidak merasa sungkan dengan kehadiran saya.
Pukul 10.00 WITA, saya beserta Ibu Rahma mengunjungi lokasi rumah Ibu Hasyia yang tidak terlalu jauh dari puskesmas dimana saya berada saat itu. Setelah melewati gang yang cukup sempit, saya bertemu dengan Ibu Hasyia beserta keluarga yang sudah menanti kehadiran kami. Terlihat mereka sangat antusias sehingga kehadiran kami dapat diterima dengan baik. Kemudian, kami memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan kami. Kami pun memulai wawancara dengan menanyakan beberapa hal terkait kondisi kehamilan ibu serta faktor-faktor yang terkait dalam kondisi tersebut. Pembicaraan kami diselingi dengan edukasi serta pujian kepada Ibu Hasyia karena turut aktif dalam memperhatikan kehamilan selama ini. Namun, sangat disayangkan suami Ibu Hasyia sedang bekerja sehingga beberapa informasi yang saya butuhkan belum terpenuhi.
Beberapa poin penting yang saya dapat simpulkan dari kondisi kehamilan beliau, yaitu secara mental dan fisik Ibu Hasyia sudah siap untuk menjadi seorang ibu, dilihat dari buku KIA yang cukup lengkap menenadakan Ibu Hasyia rutin memeriksakan diri di PKM sesuai dengan masa kehamilan. Walaupun, beberapa minggu ini Ibu Hasyia sering merasa mual setiap kali makan selain mi instan dan saat itu Ibu Hasyia masih harus bekerja sebagai pelayan toko untuk menambah nafkah untuk persiapan melahirkan nantinya. Hal ini membuat perawakan Ibu Hasyia terlihat kurus dan mudah lelah, sehingga kami khawatir akan kebutuhan nutrisi Ibu dan juga janin yang dikandungnya.
2 jam telah berlalu, wawancara bersama Ibu Hasyia pun berakhir. Diakhir wawancara kami memberi nasihat kepada beliau untuk mencoba untuk memulai mencoba makanan yang mudah dicerna serta tidak memiliki aroma yang kuat selain mi instan , lebih sering mengonsumsi buah-buahan yang mudah dikunjungi di pasar dekat rumah Ibu Hasyia, sehingga Ibu Hasyia dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Tak lupa kami juga memberi nasihat mengenai aktivitas yang dilakukan sehari-hari jangan terlalu berat dan pemberian suplemen penambah darah, karena beliau mempunyai riwayat anemia sebelumnya. Setelah diberi nasihat respon beliau memahami serta antusias untuk mencoba anjuran dari kami dan berniat untuk menaikkan berat badannya hingga target yang telah ditentukan.
Pengalaman merawat ibu hamil merupakan pengalaman perdana bagi saya untuk mengasah kemampuan empati serta rasa syukur karena dapat memantau secara langsung bagaimana pertumbuhan dan perkembangan yang dikandung oleh beliau. Besar harapan saya agar dapat melahirkan bayi yang sehat agar menciptakan SDM yang lebih berkualitas kelak nanti. Aamiin