Kunjungan Pertama Program 1000 Hari Kehidupan di Kediaman Ibu Dedeh Setiawati
Oleh : Bill Elbert Pinarto | Pada : 24 Maret 2021 | Dilihat Sebanyak 112 Kali
.jpg)
"Kagum adalah kesan pertama setelah saya bertemu dengan Ibu Dedeh"
Senin, 22 Maret 2021 di sore yang mendung setelah menyelesaikan segala aktivitas kuliah, saya untuk pertama kalinya bertemu dengan Ibu Dedeh. Saya mengenal Ibu Dedeh lewat tetangga di sekitarnya. Ketika itu saya sedang mencari ibu hamil dan kebetulan tetangganya dengan ramah mengenalkan saya kepada Ibu Dedeh yang sedang hamil.
Awalnya saya agak canggung bertemu dengan Ibu Dedeh karena takut menganggu dan merasa terlalu sore untuk berkunjung, tetapi saya memutuskan untuk tetap berkunjung hari itu karena kebetulan Ibu Dedeh sedang berada di rumah. "Assalamualaikum, Punten Teh.." yang artinya permisi kakak ( punten teh dalam bahasa sunda merupakan panggilan kepada perempuan yang lebih tua ) saya dengan sopan menyapa beliau. Ternyata beliau menyambut dengan sangat hangat dan dengan ramahnya mempersilahkan saya untuk duduk. Saya pun masuk dan duduk dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Kemudian saya mulai memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan saya yaitu melakukan pendampingan program 1000 hari kehidupan. Ternyata Ibu Dedeh belum mengetahui apa itu program 1000 hari kehidupan dan setelah menjelaskan program dan manfaatnya kepada Ibu Dedeh. Ibu Dedeh bersedia untuk mengikuti program 1000 hari kehidupan ini. Setelah itu saya mulai menanyakan data-data terkait Ibu Dedeh dan kehamilannya. Ibu Dedeh bercerita bahwa saat ini suaminya sedang bekerja di luar kota sehingga Ia dan anak keduanya hanya tinggal berdua saja. Ibu Dedeh juga bercerita bahwa anak pertamanya merupakan anak laki-laki yang tampan dengan hidung mancung tetapi anak pertama tersebut meninggal satu hari setelah melahirkan dikarenakan kata Ibu Dedeh akibat keracunan dan telat dibawa ke rumah sakit karena bidan bersalin yang membantu kehamilannya menunda hal tersebut. Saya turut sedih mendengar hal tersebut. Akibat hal tersebut, Ibu Dedeh juga tidak mau lagi untuk melahirkan di bidan bersalin dan memilih untuk melahirkan di puskesmas. Saya kagum karena Ibu Dedeh tetap semangat dan ceria walaupun pernah mengalami hal tersebut juga saat ini hamil dengan suami yang tidak dapat menemaninya secara langsung. Saya merasa lingkungan di sekitar Ibu Dedeh turut andil dalam membantu hal tersebut karena Ibu Dedeh bercerita tentang tetangga yang sering membantunya.
Setelah berbincang cukup lama, saya mengakhiri pertemuan tersebut dengan berfoto bersama Ibu Dedeh dan mendoakan semoga Ibu Dedeh yang sedang hamil trisemester kedua ini bisa tetap sehat dan dilancarkan hingga persalinan kedepannya.