Mengunjungi adik Syamil yang ceria & Keramahan keluarga Ibu Niar
Oleh : AISYAH MUTHMAINNAH BUDU | Pada : 10 Mei 2020 | Dilihat Sebanyak 139 Kali

Mengunjungi adik Syamil yang ceria & Keramahan keluarga Ibu Niar
Hari itu, Kamis, 5 Maret 2020, setelah berkomunikasi dengan Ibu Niar via Whats App, kami datang berkunjung ke rumah Ibu Niar untuk menjenguk adik Syamil yang sudah berusia 5 bulan. Sekaligus memang ingin melakukan kunjungan dan wawancara untuk pengisian modul hehe. Sebenarnya rumah Ibu Niar berada di Jl. Kandea sedangkan rumah yang kami kunjungi berada di Jl. Tinumbu. Ternyata disini adalah rumah orang tua Ibu Niar sekaligus tempat Pak Hari (suami Ibu Niar) bekerja membantu usaha orang tua Ibu Niar.
Kami bermaksud berkunjung di akhir pekan sehingga waktu berkunjung bisa lebih santai dan panjang, tetapi Ibu Niar ternyata ada kegiatan lain di akhir pekan. Jadilah kami datang di hari kamis jam 2 siang, pada waktu dosen di jam terakhir berhalangan masuk dan sudah mengkonfirmasi sejak kemarin. Perjalanan ke Ibu Niar ternyata sedikit berkendala. Karena kami tidak begitu mengerti wilayah Tinumbu, kami tersesat salah tembus jalan dari jalan tol. Dapat macet karena banyak truk pengangkatan kargo. Ditambah lagi sedang hujan lebat dan hp sudah hampir mati. Hehe sedikit curhat.. :D
Akhirnya kami tiba 15 menit sebelum jam 3, di depan rumah Ibu Niar yang berjualan perlengkapan mayat. Hp kami sudah mati tetapi untungnya, sebelumnya, Ibu Niar sudah memberi tau dengan detail letak rumah dan penanda di depan rumahnya. Spanduk merah bertuliskan perlengkapan mayat diantara spanduk spanduk putih dari rumah yang lain. Ternyata kawasan ini mayoritas berjualan perlengkapan mayat, di seberang rumah terdapat pasar dan warung kopi. Suasana tetap ramai meski sedang hujan di siang hari.
Kami sedikit berlari kecil menembus hujan untuk sampai di depan rumah. TIba-tiba seorang bapak yang sedang duduk menyapa kami, "Iya cari siapaki?" usianya kira-kira 60 tahun.
"Assalamu'alaikum pak, maaf mengganggu, ini rumahnya Ibu Niar?" tanyaku.
”Oohiya betul, dari mana?"
"Kami mahasiswa dari unhas pak mau ketemu Ibu Niar untuk lakukan wawancara, tadi sudah hubungi Ibu Niar lewat WA pak"
"Oohiye masukmki adaji di dalam" kata Bapak tersebut dengan ramah mempersilahkan masuk lalu memanggil Ibu Niar.
Kami pun masuk dan memberi salam. Ibu Niar yang sedang menggendong adik Syamil langsung menyambut kami dengan ceria. Setelah bersalaman kami dipersilahkan duduk di sofa depan televisi. Ada seorang Ibu juga yang sedang duduk di depan tv, ternyata ia adalah Ibunya Ibu Niar. Ia juga tersenyum dan kami berkenalan. Ibu Niar lalu duduk di sebelah kami lalu kami mulai menanyakan keadaan Ibu dan adik Syamil yang sudah berusia 5 bulan. Sambil berbincang, kami disuguhkan teh panas dan banyak kue. Alhamdulillah.. enak sekali ditengah hujan begini :D.
Adik Syamil sangat menggemaskan. Ia sangat ceria seperti ibunya. Selama kami berbincang, adik Syamil tidak rewel, selalu tertawa, dan lucunya ia juga memperhatikan kami berbincang seakan-akan mengerti dengan pembicaraan. Kata Ibu Niar, adik Syamil semakin harı semakin pintar hihi. Selama ini, asupan nutrisinya murni hanya dari ASI tanpa penambahan susu formula. Setiap bulan adik Syamil juga rutin melakukan imunisasi. Imunisasi BCG, Polio, dan DPT-HB-Hib untuk usia adik Syamil. Yang menjadi keluhan Ibu Niar adalah adik Syamil yang alergi apabila ibu mengkonsumsi telur dan seafood. Sambil kami berbincang sesekali Ibunya Ibu Niar ikut bercerita tentang adik Syamil.
Kami juga sempat berbincang dengan Pak Hari Kurniady tentang aktivitas dan keadaan kesehatannya. Pak Hari sering merasa pusing dan sakit kepala setelah bekerja atau beraktivitas yang melelahkan. Setelah beristirahat/tidur barulah akan terasa membaik. Ibu Niar dan Pak Hari terlihat begitu harmonis, mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan lengkap, juga saling bercerita bagaimana momen saat kelahiran adik Syamil.
Rumah dan lingkungan rumah yang kami kunjungi sederhana namun tetap terlihat bersih. Tidak ada bau-bauan yang mengganggu. Meskipun sedang hujan, tidak ada tanda-tanda kebocoran karena atapnya kokoh. Di dalam rumah pun tetap terasa hangat.
Setelah berbincang selama hampir 2 jam, kami pun berterima kasih dan berpamitan untuk pulang. Serta mengatakan bahwa insya Allah di kesempatan selanjutnya kami akan datang kembali menjenguk adik Syamil. Kami berfoto bersama secara bergantian. Setelah itu Ibu Niar dan Pak Hari mengantar kami hingga ke depan rumah. Ternyata bapak yang tadi kami temui pertama kali di depan rumah adalah Ayah Ibu Niar. Kami salim dan berpamitan kembali.
Alhamdulillah hujan pun sudah mulai reda. Kunjungan kami hari itu telah selesai!