Dari Puskesmas ke Rumah: Kunjungan Pendampingan Kak Fitria

Oleh : ANDI SITTI NUR FATIMAH MADAENG | Pada : 04 April 2025 | Dilihat Sebanyak 103 Kali

Pada 4 Desember 2022, saya dan teman-teman sedang menjalani ujian CSL. Namun, di waktu yang sama, kami juga memiliki jadwal pemeriksaan ibu hamil di Puskesmas Tamalanrea. Tepat pukul 09.00, kami berkumpul di Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Saya, Tiwi, dan Prima berangkat ke puskesmas menggunakan motor, melewati kemacetan di daerah Tamalanrea.

Sesampainya di halaman parkir puskesmas, Tiwi menerima telepon dari Kak Fitria, ibu hamil yang kami dampingi. Ternyata, ia sudah lebih dulu tiba bersama suaminya dan memberi tahu bahwa nomor antreannya sudah hampir dipanggil. Kami segera masuk ke dalam puskesmas. Di pelataran, kami melihat suaminya duduk, lalu kami menyapanya dan menanyakan keberadaan Kak Fitria. Ia memberi tahu bahwa Kak Fitria ada di dalam.

Di lorong kiri, kami menemukan Kak Fitria duduk di bangku panjang di antara pasien lain yang juga tengah menunggu giliran. Kami langsung menyapanya dan menyarankan agar ia tetap duduk sementara kami berdiri. Suasana di dalam puskesmas cukup ramai dan penuh sesak, tetapi waktu tunggu tidak terlalu lama. Tak lama kemudian, seorang perawat memanggil nama Kak Fitria untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Salah satu dari kami meminta izin untuk mendampingi, dan akhirnya kami diperbolehkan masuk bersamanya.

Setelah pemeriksaan yang cukup lama, kami keluar dari ruangan. Saya dan Tiwi segera menuju apotek untuk menebus obat, sementara Prima menemani Kak Fitria yang sedang beristirahat. Setelah menunggu beberapa saat, obat akhirnya kami terima.

Saat hendak pulang, Kak Fitria bertanya apakah ia bisa menumpang di salah satu motor kami. Tanpa ragu, kami mengiyakan, dan entah kenapa, saya yang mendapat giliran memboncengnya. Jujur saja, saat itu saya merasa sedikit gugup.

Sesampainya di rumah Kak Fitria, kami meminta izin untuk mengisi formulir P2KD. Ia menerima kami dengan sangat ramah dan melayani dengan sabar. Bahkan sebelum itu, ia menjamu kami, membuat saya merasa benar-benar dihargai.

Tak lama setelah itu, suaminya pulang dengan membawa kantong berisi lauk dan langsung menuju dapur. Beberapa saat kemudian, mereka mengajak kami makan bersama. Awalnya, kami merasa sungkan karena takut merepotkan, tetapi mereka terus meyakinkan kami hingga akhirnya kami menerima ajakan tersebut. Makanan di meja terasa begitu nikmat, dan kami makan dengan lahap sambil berbincang mengenai banyak hal.



Leave A Reply