Hari Pertama Pencarian Ibu Hamil
Oleh : RENY KARTINI | Pada : 29 November 2014 | Dilihat Sebanyak 281 Kali

Bismillahirrahmanirrahim
Program 1000 Hari Awal Kehidupan. Program yang akan mengantarkan saya untuk mengawal calon generasi penerus bangsa. Dan langkah pertama yang harus saya lakukan tentunya mencari seorang Ibu yang sedang mengandung calon pemimpin bangsa. Fakultas memang telah menyediakan nama-nama ibu hamil yang dapat kami hubungi untuk menjadi bagian dari program ini. Namun, saya termasuk orang yang kurang beruntung karena data ibu hamil saya tidak mencantumkan nomor telepon maupun alamat. Alhasil, data tersebut tidak dapat menjadi acuan saya. Sehingga satu-satunya jalan adalah saya harus mencari ibu hamil sendiri.
Awalnya, saya menduga bahwa mencari ibu hamil itu mudah. Tapi ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Sambil menyusuri lorong-lorong kecil di daerah Batua, dengan kondisi jalan yang masih basah dan penuh genangan air akibat hujan. Saya dan salah seorang teman saya yang bernama A. Ayu Selvia mencoba menanyai satu per satu orang-orang yang melintas di jalan untuk menanyakan keberadaan ibu hamil di daerah Batua tersebut.
Sayangnya, pencarian saya membuahkan hasil yang nihil. Saya sempat menemukan ibu hamil yang sangat ramah. Tapi ternyata, ibu hamil tersebut telah dihubungi lebih dahulu oleh teman saya, dan tentunya saya harus mengalah :')
Tak berhenti sampai disitu, meskipun hari sudah mulai siang namun saya tetap berusaha untuk mencari ibu hamil. Target saya hari ini harus dapat minimal satu ibu hamil. Salah satu kejadian yang membekas di benak saya dalam proses pencarian ibu hamil tersebut adalah kami sempat dikejar anjing. Ya, waktu itu saya terlalu percaya diri melihat sebuah jalan yang tampak lengang. Mungkin saja disana ada seorang ibu hamil yang telah menunggu kedatangan saya *haha. Saya pun mulai menyusuri jalan sempit tersebut. Dan... yang saya temukan bukannya seorang ibu hamil melainkan dua ekor anjing yang tiba-tiba saja di sudut jalan yang ternyata jalan buntu. Dengan lidah yang diulurkan, anjing itu perlahan-lahan mengejar saya. Dan... saya langsung memacu motor saya dengan cepat. Meskipun motor saya sempat berjarak sekitar 1 kepal dari anjing tersebut, tapi alhamdulillah saya berhasil lolos.
Saya pun akhirnya mengalihkan pencarian ke daerah Abdesir. Ada sebuah jalan sempit yang menarik perhatian saya. Di sisi kiri dan kanan jalan banyak pedagang. Jalannya juga berlubang, rumah-rumah penduduk pun banyak yang kurang layak. Dan seperti sebelumnya, saya menanyakan keberadaan ibu hamil di daerah tersebut kepada setiap orang yang saya temui. Dan alhamdulillah, salah seorang ibu yang baik dengan ramah menunjukkan saya rumah salah seorang ibu hamil.
Saya pun beranjak ke rumah yang dimaksud ibu tadi. Ternyata ada dua orang wanita yang sedang hamil di rumah tersebut. Kebetulan mereka bersaudara. Jika dilihat dari kondisi rumah. Rumah dari ibu hamil tersebut cukup sederhana, lantainya beralaskan semen, dan karena terlalu banyak penghuni tampaknya rumah tersebut cukup sesak dengan barang-barang yang cukup padat.
Saya mulai meminta izin mewawancarai ibu hamil pertama. Setelah berbincang beberapa lama, ibu hamil itupun mengungkapkan bahwa penghasilan dari suaminya cukup tinggi. Dengan melontarkan kata-kata sehalus mungkin, saya pun berusaha untuk meminta izin kepada ibu hamil pertama untuk juga mewancarai ibu hamil kedua yang kebetulan adalah adiknya sendiri. Alhamdulillah ibu hamil pertama dapat mengerti.
Dan setelah berbincang-bincang dengan ibu hamil kedua, akhirnya saya pun menetapkan pilihan kepada ibu hamil tersebut :D. Beliau adalah ibu Rispa. Seorang ibu yang berusia 24 tahun. Ibu tersebut murah senyum, ia begitu ramah kepada saya. Ibu Rispa sehari-harinya berjualan gorengan dan ia mengaku penghasilannya dari jualan gorengan tersebut tidak seberapa. Apalagi, sang suami hanya bekerja sebagai buruh bangunan yang penghasilannya pun tak menentu. Saat ini, ibu Rispa belum memiliki rumah sendiri, ia masih tinggal bersama keluarganya di rumah sang Ibu. Namun, Ibu Rispa tampak begitu bahagia. Ia tak terlihat sedih dengan keadaannya yang seperti itu. Ia pun tak mengeluhkan apa-apa dengan kondisinya. Ia bahkan menceritakan bahwa selama ini ia merasa bahagia dengan kehamilannya. Ia sangat menantikan kelahiran anak keduanya itu. Ibu Rispa juga berharap agar anak keduanya bisa lahir normal. Dan bisa menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, dan negara.
Saya sangat kagum melihat Ibu Rispa. Ia adalah sosok Ibu yang pekerja keras. Ia tetap semangat menjajakan gorengannya kepada para pelanggan. Senyumnya terlihat begitu tulus. Saya yakin, ketika anak yang ada di dalam kandungan Ibu Rispa lahir, ia akan sangat bangga memiliki ibu seperti Ibu Rispa. Saya pun sangat bangga nantinya bisa menjadi bagian dari saksi-saksi perkembangan dan kelahiran calon pemimpin yang ada di dalam kandungan Ibu Rispa.
Dan hari ini menjadi hari pertama dari 1000 hari awal kehidupan calon pemimpin bangsa. Saya akan berusaha untuk mengawal ibu Rispa dengan baik, menganggap Ibu Rispa sebagai ibu saya sendiri, menganggap calon bayi dari Ibu Rispa adalah adik saya sendiri. Saya yakin, kelak Ibu Rispa akan melahirkan calon pemimpin yang berkualitas, yang bisa membanggakan keluarganya khususnya Ibu Rispa, yang bisa berbakti kepada Ibu Rispa dan Pak Firman dan tentunya menjadi adik kesayangan saya nantinya. Amin...