Kunjungan ke-6 Bersama Bu Sulfaidah (Pertemuan Kedua Semester 5)
Oleh : AULIA PUSPITA DEWI NASRUM | Pada : 18 Desember 2025 | Dilihat Sebanyak 3 Kali
Pada kunjungan kedua yang saya lakukan pada tanggal 22 November 2025, fokus utama kegiatan adalah edukasi mengenai Buku KIA, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta tindak lanjut status imunisasi adik Kia, anak dari Ibu Sulfaidah. Saya memulai kunjungan dengan membahas hasil kunjungan terakhir adik Kia ke puskesmas. Dari data yang ada, berat badan adik Kia pada usia 9 bulan tercatat sebesar 7,5 kg, dan tinggi badan berada pada kisaran 72–73 cm. Saya kemudian menjelaskan kepada Ibu Sulfaidah bahwa hasil tersebut masih termasuk dalam rentang pertumbuhan yang baik dan sesuai dengan usia bayi. Untuk mempermudah pemahaman, saya melakukan plotting hasil pengukuran tersebut pada kurva pertumbuhan WHO di Buku KIA, sekaligus menjelaskan cara membaca grafik agar ibu dapat memantau pertumbuhan anaknya secara mandiri ke depannya.
Selain pertumbuhan, saya juga memberikan edukasi mengenai perkembangan adik Kia dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Saya menjelaskan satu per satu aspek perkembangan yang dinilai, seperti motorik kasar, motorik halus, bahasa, serta personal sosial dan kemandirian. Dari hasil pengisian KPSP, adik Kia memperoleh skor 10, yang menunjukkan bahwa perkembangan adik Kia berada dalam kategori sesuai dengan usia. Saya merasa penting untuk menyampaikan hal ini dengan bahasa yang menenangkan agar ibu merasa lebih yakin dan tidak cemas terhadap perkembangan anaknya. Dari proses ini, saya merefleksikan bahwa menjelaskan perkembangan anak kepada orang tua membutuhkan pendekatan yang jelas dan sederhana, agar informasi tidak hanya dipahami, tetapi juga memberikan rasa aman dan percaya diri kepada ibu.
Pada bagian akhir kunjungan, saya melakukan follow-up mengenai status imunisasi adik Kia. Dari hasil diskusi, diketahui bahwa adik Kia baru mendapatkan imunisasi saat lahir dan pada bulan pertama, sedangkan imunisasi lanjutan pada bulan-bulan berikutnya belum terpenuhi. Saya kemudian menjelaskan secara perlahan mengenai pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit, serta konsep catch-up immunization, mengingat usia adik Kia saat itu sudah memasuki bulan ke-10. Saya berusaha menyampaikan edukasi ini dengan cara yang tidak menyalahkan, melainkan lebih mengajak dan memberi pemahaman bahwa imunisasi masih bisa dikejar sesuai anjuran tenaga kesehatan. Dari kunjungan kedua ini, saya banyak belajar bahwa edukasi kesehatan, khususnya terkait imunisasi, membutuhkan kesabaran dan empati. Saya juga merasa kemampuan saya dalam menjelaskan data pertumbuhan, perkembangan, dan rencana imunisasi menjadi lebih baik dibandingkan kunjungan sebelumnya, serta semakin menyadari pentingnya peran saya sebagai pendamping yang membantu ibu memahami dan mengambil keputusan kesehatan untuk anaknya.
