Kunjungan Kedua P2KD III pada 9 Oktober 2025 : Edukasi mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi, Edukasi Manajemen Laktasi dan Pemeriksaan Fisik
Oleh : MUHAMMAD DZULIFSAL AL-FATH | Pada : 18 Desember 2025 | Dilihat Sebanyak 2 Kali
Pada kunjungan kedua, saya melakukan pemeriksaan fisik pada bayi sebagai bagian dari pemantauan kesehatan rutin. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan termometer, yang meliputi pengukuran suhu tubuh untuk menilai adanya tanda demam serta auskultasi jantung dan paru guna memastikan fungsi kardiopulmoner bayi dalam kondisi normal. Selama proses pemeriksaan, bayi tampak tenang dan kooperatif, sehingga seluruh rangkaian pemeriksaan dapat dilakukan dengan lancar tanpa hambatan. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi saya untuk berlatih melakukan pemeriksaan fisik bayi secara lebih teliti dan sistematis.
Setelah pemeriksaan fisik selesai, saya melanjutkan dengan pemberian edukasi kepada ibu damping. Materi edukasi yang disampaikan mencakup aspek pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia, tanda-tanda tumbuh kembang yang perlu diperhatikan, serta pentingnya pemantauan rutin untuk mendeteksi dini adanya keterlambatan perkembangan. Selain itu, saya juga memberikan edukasi mengenai manajemen laktasi, seperti teknik pelekatan menyusui yang benar, posisi menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi, frekuensi serta durasi menyusui, hingga upaya mempertahankan produksi ASI yang optimal.
Dalam menyampaikan edukasi tersebut, saya berusaha menggunakan bahasa yang sederhana, tidak terlalu teknis, dan disesuaikan dengan pemahaman ibu damping agar informasi dapat diterima dengan baik. Saya juga mencoba memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kondisi sehari-hari sehingga materi terasa lebih aplikatif. Namun, setelah melakukan refleksi, saya menyadari bahwa metode edukasi yang saya gunakan masih cenderung bersifat satu arah dan kurang interaktif. Saya belum sepenuhnya melibatkan ibu damping secara aktif, misalnya dengan mengajukan pertanyaan terbuka, meminta ibu mengulangi kembali poin-poin penting, atau mempraktikkan langsung teknik yang telah dijelaskan.
Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa penyampaian edukasi kesehatan tidak hanya bergantung pada kelengkapan materi, tetapi juga pada cara penyampaian dan keterlibatan sasaran edukasi. Ke depannya, saya perlu lebih aktif membangun komunikasi dua arah, menggunakan metode edukasi yang lebih menarik seperti demonstrasi langsung, media visual sederhana, atau diskusi singkat, sehingga ibu damping dapat lebih mudah memahami materi dan mampu langsung mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman pada kunjungan kedua ini menjadi pembelajaran penting bagi saya untuk terus meningkatkan kemampuan komunikasi, empati, dan keterampilan edukasi kesehatan agar peran saya sebagai pendamping dapat memberikan dampak yang lebih optimal.
