Kunjungan 1 : Edukasi Menajemen Laktasi Sebagai Untuk Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Oleh : ANDI RATU MAJID | Pada : 13 Desember 2025 | Dilihat Sebanyak 9 Kali
Pada tanggal 27 November 2025, saya melakukan kunjungan pertama ke rumah ibu dampingan dalam rangka kegiatan Pembelajaran dan Pengabdian kepada Kesehatan Dasar (P2KD). Kunjungan ini bertujuan untuk membangun hubungan awal dengan keluarga, melakukan pengkajian kondisi kesehatan ibu dan bayi, serta memberikan edukasi kesehatan yang relevan dengan kebutuhan keluarga, khususnya terkait manajemen laktasi.
Kegiatan diawali dengan perkenalan diri dan penyampaian maksud serta tujuan kunjungan kepada ibu dampingan dan anggota keluarga yang hadir. Saya menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran mahasiswa kedokteran yang bertujuan untuk mendampingi keluarga dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan, terutama kesehatan ibu dan bayi. Ibu dampingan menyambut kunjungan dengan baik dan bersedia mengikuti rangkaian kegiatan yang direncanakan.
Selanjutnya, saya melakukan pengkajian singkat terkait riwayat menyusui, pola pemberian ASI, serta kendala yang dirasakan ibu selama proses menyusui. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa ibu telah memberikan ASI kepada bayinya, namun masih memiliki kekhawatiran mengenai kecukupan ASI dan teknik menyusui yang benar. Selain itu, ibu juga menyampaikan kelelahan dan kurangnya kepercayaan diri dalam mempertahankan pemberian ASI secara optimal.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, saya memberikan edukasi mengenai manajemen laktasi secara bertahap dan menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami. Edukasi yang diberikan meliputi pengertian manajemen laktasi, pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tanda kecukupan ASI, serta teknik menyusui yang benar, termasuk posisi dan pelekatan yang tepat. Saya juga menjelaskan mengenai frekuensi menyusui yang dianjurkan, pentingnya menyusui sesuai permintaan bayi, serta cara menjaga produksi ASI melalui istirahat yang cukup, asupan gizi seimbang, dan dukungan keluarga.
Selain itu, saya menekankan pentingnya peran keluarga, terutama suami, dalam mendukung keberhasilan menyusui. Dukungan emosional, bantuan dalam pekerjaan rumah, serta menciptakan lingkungan yang nyaman bagi ibu menyusui disampaikan sebagai bagian dari manajemen laktasi yang tidak terpisahkan. Selama proses edukasi, ibu tampak aktif bertanya dan mengungkapkan pengalamannya, sehingga tercipta komunikasi dua arah yang baik.
Kegiatan ditutup dengan rangkuman materi yang telah disampaikan dan pemberian kesempatan kepada ibu untuk menyampaikan kembali poin-poin penting sebagai bentuk evaluasi pemahaman. Dari hasil evaluasi singkat, ibu mampu memahami manfaat ASI, tanda kecukupan ASI, serta langkah-langkah dasar dalam manajemen laktasi. Saya juga menyampaikan rencana tindak lanjut pada kunjungan berikutnya untuk memantau keberlanjutan pemberian ASI dan kondisi tumbuh kembang bayi.
Melalui kunjungan pertama ini, saya menyadari bahwa edukasi kesehatan, khususnya mengenai manajemen laktasi, tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi, tetapi juga membutuhkan pendekatan komunikasi yang empatik dan dukungan berkelanjutan. Kegiatan ini memberikan pengalaman berharga dalam memahami kondisi nyata keluarga serta pentingnya peran tenaga kesehatan dalam mendampingi ibu menyusui agar dapat memberikan ASI secara optimal kepada bayinya.
