Memantau Perkembangan Adik Nur dan Ketahanan Keluarga Ibu Rahma

Oleh : WIDITRA DARWIS | Pada : 20 Juni 2025 | Dilihat Sebanyak 0 Kali

Pada Selasa, 15 April 2025, kami dari kelompok 44 kembali melakukan kunjungan pendampingan kepada keluarga Ibu Rahma dan adik Nursyamsi Hamsah, yang saat itu berusia 15 bulan. Kunjungan ini menjadi pertemuan ke-5 secara keseluruhan dan kunjungan ke-2 pada semester ini. kelompok kami menyadari bahwa pendampingan bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga tentang menjalin hubungan kemanusiaan yang tulus dengan masyarakat.

Fokus utama kunjungan kali ini mencakup pemantauan kondisi kesehatan ibu, anak, dan keluarga secara umum, melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dengan pendekatan KPSPP, menanyakan dan mendiskusikan status keluarga berencana dan imunisasi adik Nur, menggali informasi tentang kondisi lingkungan rumah, terutama akses air bersih dan melakukan pencatatan serta pelaporan perkembangan secara keseluruhan. Melalui percakapan dan observasi sederhana, kami mencatat bahwa adik Nur menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Ia sudah mampu berjalan sendiri tanpa bantuan, aktif berbicara dengan ocehan dan kata-kata dasar, serta bisa menunjuk keinginan tanpa menangis dan menunjukkan kemampuan komunikasi yang mulai terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan perkembangan normal anak seusianya menurut KPSP.

Meskipun kami tidak sempat melakukan pengukuran langsung, data dari posyandu sebelumnya mencatat berat badan adik Nur 9,6 kg dan tinggi badan 71,3 cm yang masih berada dalam rentang normal status gizi menurut kurva WHO. Saat kunjungan, adik Nur mengalami demam ringan, namun tetap aktif dan tidak menunjukkan gejala tambahan yang mengkhawatirkan. Kami menyarankan agar pemantauan tetap dilakukan dan segera berkonsultasi jika gejala berlanjut. Sayangnya, jadwal imunisasi adik Nur belum lengkap, terutama karena kendala kesehatan saat hari posyandu. Kami kembali memberikan edukasi pentingnya imunisasi sebagai perlindungan dari penyakit menular, menyarankan agar keluarga segera mengejar imunisasi yang tertunda.

Dalam diskusi kami, Ibu Rahma juga menyampaikan bahwa ia masih rutin menggunakan KB suntik dan merasa nyaman dengan metode tersebut. Kami turut memberikan apresiasi, karena keluarga berencana melakukannya dengan konsisten dan sudah sadar pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak secara berkelanjutan. Selain itu, kami sempat membahas tentang akses air bersih di rumah. Saat ini keluarga menggunakan sumur bor, yang hanya bermasalah saat musim kemarau. Ini menjadi perhatian penting karena kondisi lingkungan rumah juga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga, hususnya dalam pencegahan penyakit menular berbasis air.



Leave A Reply