Kunjungan Pertama Kami ke Keluarga Damping
Oleh : AGUNG PERSADA | Pada : 07 Juni 2025 | Dilihat Sebanyak 186 Kali
Pada tanggal 1 November 2023, saya Agung Persada bersama kedua teman saya Dewa Arya dan Yuki Nurindar, kami memulai langkah awal kami dalam program pendampingan keluarga pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sebagai bagian dari tugas mata kuliah Pengembangan dan Pemberdayaan Komunitas Desa (P2KD). Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan dan edukasi kepada ibu hamil serta keluarga dalam masa krusial 1000 HPK yang sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak hingga dewasa.
Setelah berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Daya, kami dipertemukan dengan keluarga damping kami yaitu Ibu Nur Faidah yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang saat itu sedang hamil dengan usia kehamilan tujuh bulan. Kami melakukan kunjungan langsung ke rumah beliau sebagai bentuk pendekatan awal dan pengenalan. Sesampainya ke kediaman beliau, kami disambut dengan penuh kehangatan oleh ibu Nur Faidah beserta keluarganya. Ibu Nur Faidah saat itu ditemani oleh ibu kandungnya yang bernama ibu Masyita, usianya lebih dari 50 tahun. Ibu Masyita sengaja berada di rumah anaknya tersebut di saat-saat kehamilan ibu Nurfaidah sudah mencapai usia trimester 3 agar Ia bisa memantau kondisi anaknya secara langsung. Ibu Nurfaidah tinggal bersama suaminya bernama Alfian, mereka tinggal di rumah dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang rapuh dan tergolong keluarga prasejahtera. Suami ibu Nurfaidah bekerja sebagai pengumpul dan penjual barang bekas, sementara Ibu Nur Faidah sendiri menjual sayuran di pasar demi mencukupi kebutuhan rumah tangga. Rumah yang mereka tempati sangat sederhana, bahkan bisa dibilang memprihatinkan dengan keterbatasan fasilitas dasar dan kondisi bangunan yang kurang layak. Halaman rumah mereka dipenuhi dengan tumpukan barang bekas.
Meski demikian, suasana keluarga yang kami temui tetap hangat dan terbuka. Ibu Nur Faidah menyambut kami dengan ramah dan bersedia berdiskusi tentang kondisi kehamilannya. Dalam wawancara singkat, beliau mengaku merasa sehat, namun mengakui bahwa ia jarang melakukan kontrol kehamilan di fasilitas kesehatan karena keterbatasan waktu dan biaya. Melalui kunjungan ini, kami tidak hanya memperkenalkan diri, tetapi juga memberikan edukasi sederhana tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, asupan gizi seimbang selama masa kehamilan, serta peran penting keluarga dalam mendukung kesehatan ibu dan janin. Kami juga mengedukasi terkait tanda-tanda bahaya kehamilan yang apabila hal tersebut terjadi agar kiranya keluarga damping bisa dengan cepat tanggap membawa ibu damping ke rumah sakit. Kami juga menekankan bahwa 1000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anaknya nanti berusia dua tahun adalah periode emas yang sangat menentukan masa depan anaknya dikemudian hari. Sebab periode 2 tahun pertama adalah masa dimana otak manusia mencapai perkembangan hingga 80 persen sehingga dibutuhkan intervensi yang tepat kepada anak. Selain itu kami juga menanyakan bagaimana kondisi ibu dan menanyakan apakah ibu damping memiliki keluhan selama masa kehamilannya, berdasarkan hasil wwancara kami menurut ibu damping dia tidak memiliki keluhan berarti selama masa kehamilannya. Ibu Nurfaidah adalah ibu yang sangat kooperatif, namun beliau memiliki sedikit gangguan pendengaran sehingga kami perlu sedikit meninggikan nada berbicara kami saat berkomunikasi dengan beliau, meskipun demikian kami tetap berusaha agar informasi dan edukasi yang kami sampaikan dapat dimengerti dengan baik oleh ibu damping kami dan menjamin komunikasi tetap efektif.
Kunjungan pertama ini membuka mata dan hati kami tentang realitas yang dihadapi oleh banyak keluarga di masyarakat. Ini bukan sekadar tugas akademik, melainkan pengalaman yang membentuk empati, kepedulian dan semangat kami untuk terus berkontribusi sebagai calon dokter di masa depan yang berkarakter humanis dan berjiwa sosial tinggi.
