Bismillah.. langkah awal dalam 1000 hari awal kehidupan

Oleh : ELIZSA PERMATASARI A. ETANGO | Pada : 11 Juni 2019 | Dilihat Sebanyak 468 Kali

Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Nama saya Elizsa Permatasari A Etango, seorang mahasiswi FK UNHAS angkatan 2016 yang saat sedang menjalankan program 1000 Hari Awal Kehidupan. Program ini dicanangkan langsung oleh fakultas sehingga masuk dalam mata kuliah saya pada semster 6. Dan Alhamdulillah tepat pada hari Sabtu, 25 Mei 2019 saya memulai program ini. Memulainya dengan semangat dan penuh harapan. Berawal dengan berkumpul di PUSKESMAS Bara-baraya untuk mendengarkan sambutan serta arahan dari kepala PUSKESMAS. Saya merasa senang karena kami disambut dengan baik oleh pihak PUSKESMAS, terlebih lagi ketika saya mendapatkan bidan penanggung jawab kelompok kami yang sangat baik hatinya. Bidan Fatma namanya, beliau adalah salah satu bidan andalan di PUSKESMAS ini. Bidan Fatma begitu memperhatikan kelompok kami bahkan beliau memaklumi atas segala keterbatasan kelompok kami. Melalui bidan Fatmalah saya dan teman kelompok dapat bertemu dengan ibu hami kami. Ternyata bertemu ibu hamil kelompok kami tidaklah mudah, hehehehe. Dibawah teriknya matahari saya beserta teman kelompok saya dan bidan Fatma menelusuri lorong demi lorong di Kecamatan Bara-baraya. Saat itu kami sedang menjalankan ibadah puasa. Lumayan melelahkan. Hingga kemudian kami terhenti didepan sebuah rumah dipojok lorong 2 jl. Muh. Yamin. Rumah itu adalah rumah yang kami cari sedari tadi. Bidan Fatma mengetuk pintu dan kemudian keluarlah seorang wanita dari dalam rumah itu. Kemudian kami dipersilhkan masuk dan duduk. Ternyata wanita ini sedang mengandung, sepertinya inilah ibu hamil kelompok saya. Setelah berbincang-bincang ternyata benar ini ibu hamil kelompok saya. Bidan Fatma mengenalkan saya kepada beliau sekaligus memberitahukan maksud kedatangan kami. Beberapa saat kemudian bidan Fatma pamit kembali ke PUSKESMAS karena ada hal yang harus beliau kerjakan. Dan kemudian yang tersisa hanya kelompok saya dan ibu hamil tersebut. Awalnya untuk memulai percakapan rupanya agak canggung, namun saya paham betul bahwa seorang dokter harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Akhirnya mulailah kami bercerita dan bertanya-tanya kepada ibu hamil ini. Ardila namanya. Usia kehamilannya saat itu 20 minggu 5 hari. Dari perbincangan yang singkat itu saya banyak mengetahu hal-hal tentang beliau. ibu Ardila tinggal dirumah yang sederhana ini bersama ibu kandungnya, suami, seorang putri, tiga orang adik kandung dan 1 orang keponakan. Ayah beliau telah tiada sehingga yang menjadi tulang pungkung saat ini hanyalah sang ibu yang bekerja sebagai penjual makanan dan suami tercinta yang bekerja sebagai buruh harian. Keseharian ibu Ardila yaitu mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun sibuk dengan pekerjaan rumahnya namun beliau tetap memperhatikan kandungannya. Beliau tetap rajin mengkonsumsi suplemen penambah darah dan vitamin yang diberikan oleh pihak PUSKESMAS. Banyak hal-hal yang kami bincangkan namun tak semua bisa saya sampaikan lewat tulisan ini. Setidaknya saya merasa bahagia karena ibu Ardila mau mempercayakan saya untuk mengawal 1000 hari kehidupan anak yang saat ini sedang dikandungnya, bahkan bukan hanya itu, beliau tidak sungkan-sungkan berbagi keluh kesah dengan saya. Dan kemudian saya mengakhiri pertemuan hari itu. Saya pamit kepada beliau. Ketika kaki ini melangkan dari rumah yang sederhana itu, tekad kuat mulai terbentu, hati mulai lembut dan otak berpikir keras. Muncul suatu niat bahwa Insyaa Allah saya dapat membantu keluarga ini khususnya ibu Ardila dan Bayinya dengan apa yang saya punya dan apa yang saya bisa. Harapan saya untuk saat ini Insyaa Allah ibu Ardila dan bayi yang dikandungnya tetap sehat walafiat. Aamiin. Saya berencana untuk melakukan kunjungan kembali sepulang saya dari KKN. sekian cerita singkat di awal jejak saya dalam program 1000 hari awal kehidupan.



Leave A Reply