Langkah Awal Menuju 1000 Hari Awal Kehidupan

Oleh : ANDI SYALAZIL MARJUWA | Pada : 22 November 2014 | Dilihat Sebanyak 316 Kali

Program 1000 hari awal kehidupan yang kini menjadi hot news bagi saya karena program ini telah berhasil membuat saya jadi penasaran bagaimana mengawal ibu hamil, mengasuh ibu hamil, memberikan ilmu yang saya peroleh selama ini untuk kesehatan ibu hamil dan janinnya. Dalam program ini, khususnya saya diajarkan bagaimana jadi dokter yang sesungguhnya. memiliki tanggung jawab yang besar kepada pasien, tidak mengenal lelah jika pasien memiliki keluhan. Sosialisasi pengenalan program selalu dijalankan oleh dokter sehingga makin membuat saya jadi penasaran dan tidak sabar jika sudah mengawal ibu hamil. Ini kesempatan yang sangat saya impikan, karena turun langsung berdiskusi, berbagi ilmu dan kasih sayang kepada orang-orang yang membutuhkan. Kini saatnya, pembagian ibu hamil sudah terdengar ditelinga saya, namun karena jumlah ibu hamil berbanding terbalik dengan jumlah kami seangkatan, maka tidak semua mahasiswa mendapatkan ibu hamil. Nasib itu termasuk saya alami yang tidak kebagian ibu hamil. Namun, saya tidak menyerah untuk mencari ibu hamil sesuai kriteria yang diinginkan. Mulai dari jarak jauh hingga jarak dekat saya lalui. Guyuran hujan dan kemacetan yang merajalela membuat semangat saya semakin membara. Mungkin di saat itu, Allah belum mengizinkan saya untuk bertemu dengan ibu hamil yang akan saya kawal. Keesokan harinya, saya pergi bertanya ke tukang bentor di dekat rumahnya mengenai keberadaan ibu hamil. Alhamdulillah kabar baik pun terdengar, tukang bentor langganan saya memberikan informasi mengenai keberadaan ibu hamil itu. Tanpa menunggu lama, saya langsung mengunjungi kediamannya dengan menggunakan bentor. Sesampai di lokasi, saya melihat situasi rumah yang ramai dipenuhi dengan anak kecil laki-laki. Langkah demi langkah saya ketuk pintu rumah ibu hamil itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sesosok orang tua perempuan dan berkata "Waalaikumsalam, siapa ki'? Siapa kita cari?" Dengan logat makassar yang khas, saya pun memperkenalkan diri dan memberitahu tujuan saya datang ke kediamannya. Tidak lama setelah itu, orang tua dari ibu hamil tersebut pergi memanggil anaknya yang sedang mencuci di sumur. Selang 5 menit kemudian, saya bertemu dengannya sambil berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Kekagetan terlihat dalam raut wajah ibu Rika yang masih berusia 31 tahun. Ibu Rika tergolong orang yang sabar, dengan penuh hati-hati menjawab pertanyaan saya mengenai kandungannya. Kini, ibu Rika mengandung anak ketiga yang kandungannya berusia 6 bulan 3 minggu. Sehat! satu kata yang bisa saya simpulkan setelah melihat kondisinya. Dengan usia kandungan yang harusnya lebih berhati-hati dan waspada untuk menjaga kandungan, tapi lain halnya yang dialami ibu Rika, yang masih kuat untuk mencuci di sumur, dan melakukan kegiatan rumah tangga lainnya. Ibu Rika tinggal di rumah orangtuanya. Rumah mungil itu ditinggali 8 orang yang 2 di antaranya termasuk anak laki-laki ibu Rika. "Bulan kemarin, darika' periksa di puskesmas dekat sini, tapi karena bayar kodong makanya dirujukka' di puskesmas lain supaya gratis" , katanya dengan nada yang lemas. Namun, dibalik itu setiap manusia harus selalu bersyukur bagaimana pun keadaannya. Mengingat anak-anak bu Rika masih kecil, anak pertamanya kelas 1 SMP, anak keduanya usia 5 tahun, Ibu Rika seolah merasa takut memikirkan nasibnya. Namun, saya tetap memberikan semangat kepadanya. karena semua itu ada jalan. Tiada henti rasa terima kasih kepada saya, karena ada program ini, "sangat berguna sekali bela", ungkapnya. Selama mengandung, ibu Rika bersyukur tidak pernah mengalami keguguran (Abortus), dan selalu melahirkan normal. Saya suka dengan ibu ini, karena setiap saya mengajukan pertanyaan, dia selalu tersenyum jika menjawab. Rasa senang selalu nampak diwajahnya. Tetap semangat ibu Rika, insya Allah saya mengawal ibu demi kelancaran persalinan nantinya, dan anaknya semoga lahir sesuai harapan yaitu SEHAT! :)



Leave A Reply