1000 Hari ’untuk’ Kehidupan

Oleh : NABILA ZHAVIRAH PUTRI ARFIN | Pada : 27 Mei 2019 | Dilihat Sebanyak 184 Kali

"Maternal health remains a staggering challenge, particularly in the developing world. Globally, a woman dies from complications in childbirth every minute."--Jessica Capshaw


Kunjungan perdana 1000 Hari Pertama Kehidupan Kelompok 3 telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Mei 2019. Kelompok ini beranggotakan saya sendiri, Nabila Zhavirah Putri Arfin, Sholeha Khuldy (2018) dan Muh. Syawal (2017) yang kebetulan berhalangan hadir. Menjadi bagian dari program ini merupakan sebuah kesempatan besar, yang mana saya dan teman kelompok saya sangat antusias dan sejujurnya, sedikit takut karena ini adalah pengalaman pertama saya berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam level personal.

Pengalaman pertama saya ini sangat dimudahkan oleh Ibu A. Dora yang merupakan bidan di Puskesmas Tarakan yang merupakan puskesmas rujukan Ibu Santi. Pertemuan saya dengan Ibu bidan A. Dora dimulai di Puskesmas Tarakan. Di sana kami berkumpul dan diberikan beberapa arahan mengenai modul yang akan dilengkapi ketika akan mewawancarai Ibu Santi. Lalu tepat pukul 12 siang, saya dan teman kelompok saya diantar ke rumah Ibu Santi yang terletak sekitar setengah kilometer dari Puskesmas tersebut. 

Sebelum menuju ke rumah Ibu Santi, saya dipertemukan dengan Ibu Asriani yang merupakan kader Posyandu di lingkungan dekat rumah Ibu Santi. Kemudian Ibu Asrianilah yang menuntun kami ke rumah Ibu Santi. Di sana, saya disambut oleh Ibu Santi yang telah menantikan kedatangan kelompok kami. Kami melakukan wawancara sesuai instruksi modul dan membangun komunikasi dan pendekatan ke Ibu Santi, yang akan kami dampingi hingga janin di dalam perut Ibu Santi berusia 2 tahun. 

Saya sangat mengapresiasi bantuan yang sangat besar dari Ibu A. Dora dan Ibu Asriani yang mendampingi kelompok saya hingga selesainya sesi wawancara, bahkan mempermudah sangat banyak hal dalam prosesnya. Saya juga berterima kasih kepada Ibu Santi yang sangat antusias dalam mengikuti program ini dan bahkan memuji betapa mulia dan membantunya program ini apabila terlaksana dengan baik. 

Kunjungan perdana ini menyadarkan saya bahwa ada sangat banyak orang yang membutuhkan bantuan. Bukan hanya bantuan materi, tetapi juga bantuan moral dan emosional. Di antaranya adalah ibu-ibu yang sedang mengandung seperti Ibu Santi ini. Di tengah beban sosial dan ekonomi yang ada, Ibu Santi bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Di sinilah peran kita sebagai calon dokter, untuk melihat lebih dalam lagi, bahwa konflik atau masalah yang dialami seorang pasien terkadang lebih berat daripada penyakit yang dideritanya atau bahkan menjadi sumber dari keluhan yang dialaminya.



Leave A Reply