Kunjungan Pertama: Menelusuri Beruang lr. 3 (19 Nov 2014)
Oleh : WIDYATMA ADINDA JUBHARI | Pada : 23 Desember 2014 | Dilihat Sebanyak 326 Kali

Kau takkan bisa mengerti sesuatu, sampai kau mengalaminya..
Selama ini, yang saya tahu tentang daerah pemukiman rumah saya, ada kompleks jalan-jalan nama binatang yang sambung-menyambung, dengan lorong-lorong setapak yang lebarnya sekitar 1,5 meter. Saya sama sekali tidak pernah terpikir tentang adanya lorong kecil, yang semakin dalam semakin mengecil. Lorong yang semakin dalam semakin becek, dan lorong yang beranakcucu sampai akhirnya buntu. Sama sekali tidak pernah saya bayangkan. Barulah sejak berkunjung di rumah Bu Mia ini, saya tahu semuanya. Saya mengerti semuanya.
Kunjungan pertama saya, 19 November 2014.
Berawal dari tugas mencari ibu hamil, saya menelusuri jalanan di sekitar rumah saya, dan bertanya pada orang-orang tentang adakah ibu hamil di sekitar daerah tersebut. Lalu, mereka menuntun saya ke sebuah lorong yang kecil. Saya ikut saja, dengan harapan akan menemukan ibu hamil. Becek, karena habis hujan. Okelah, untung saya cuma memakai sendal jepit. Dan ternyata lorong tersebut belok-belok, beranakcucu lagi menjadi lorong lebih kecil dan buntu pada ujungnya. Benar-benar di luar dugaan saya, di tengah kota Makassar ini, masih ada lorong seperti ini. Dihuni dengan rumah-rumah kecil yang saling berhimpitan, lorong tersebut memperlihatkan betapa memprihatinkannya kehidupan di sana.
Sampailah kita pada rumah di paling ujung. Saya masuk, memperhatikan seisi rumah itu. Rumahnya sangat sederhana. Kecil sekali untuk dihuni oleh sekitaran 4-5 orang. Plafonnya rendah. Kurang lebih seperti tinggi badan orang dewasa. Ruang makan sudah digabung dengan ruang tamu, ruang keluarga, dan tempat tidur. Dindingnya tidak terbuat dari batu bata.
Pendek cerita, ibu hamil yang tinggal di rumah itu namanya Bu Mia. Bu Mia berusia 22 tahun, dan adalah seorang ibu rumah tangga. Ini adalah kehamilan pertamanya. Usia kehamilannya sudah berusia 5 bulan. Bu Mia bersuamikan Pak Eman, seorang pegawai swasta yang bekerja di sekitar daerah tol. Penghasilan perbulannya kira-kira sejutaan saja, dan kurang cukup untuk membiayai kehidupan. Mereka adalah perantau dari Kalimantan, baru 7 bulan tinggal di Makassar. Surat pindah dan segala administrasi lainnya belum diurus. Kalau mau diurus, mereka harus kembali lagi ke Kalimantan, dan hal tersebut tidaklah murah. Jadi, sampai sekarang, mereka sekeluarga belum memiliki KTP Makassar dan hal itu menyulitkan mereka dalam mengurus BPJS. Bu Mia sangat memperhatikan kandungannya. Beliau rajin memeriksakan kandungannya, ke puskesmas maupun dokter. Beliau juga rajin imunisasi. Seharusnya keadaan tersebut bisa didukung dengan keikutsertaan mereka dalam BPJS.
Di Jl. Beruang lorong 3 itu mereka tinggal. Rumah kecil nan sederhana. Ternyata, mereka hanya kos, bukan menetap. Dan dalam keadaan itu, mereka sudah sangat mensyukuri tempat tinggalnya. Jadi, pelajaran pertama yang saya dapat dari program 1M1B ini adalah, kita harus senantiasa bersyukur J
Lebih baik di sini, rumah kita sendiri..
Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa, semuanya ada di sini, rumah kita..