Kunjungan 1: Belajar Memahami Imunisasi dan Faktor Risiko Kesehatan Ibu–Bayi
Oleh : MAHARANI ARISTA ARSON | Pada : 17 Desember 2025 | Dilihat Sebanyak 3 Kali
Pada kunjungan pertama, saya berkesempatan melakukan edukasi imunisasi sekaligus menilai kondisi kesehatan bayi yang saya dampingi. Bayi tersebut berusia 10 bulan dan berdasarkan peninjauan Buku KIA, telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai usianya, termasuk imunisasi campak. Kunjungan ini pada awalnya berfokus pada konfirmasi kelengkapan imunisasi dan pemberian edukasi lanjutan kepada ibu mengenai pentingnya imunisasi dalam melindungi anak dari penyakit infeksi.
Dalam proses anamnesis yang saya lakukan secara bertahap, ibu kemudian menyampaikan informasi penting bahwa ia memiliki riwayat hepatitis B sejak masa kehamilan. Informasi ini baru saya ketahui saat kunjungan berlangsung. Ibu menjelaskan bahwa pada saat persalinan, bayi hanya mendapatkan vaksin Hepatitis B dosis 0 karena stok HBIG di fasilitas kesehatan sedang habis. Bayi selanjutnya menjalani pemeriksaan HBsAg dan hasilnya negatif. Setelah mengetahui hasil tersebut, ibu memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu formula serta MPASI.
Berdasarkan temuan tersebut, saya merasa perlu memberikan edukasi tambahan yang lebih spesifik. Saya menjelaskan kepada ibu mengenai risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayi, tujuan pemberian vaksin Hepatitis B dosis 0 dan HBIG, serta makna hasil HBsAg bayi yang negatif. Saya juga menekankan pentingnya pemantauan kesehatan bayi secara berkala dan memastikan imunisasi lanjutan tetap diberikan sesuai jadwal. Selain itu, saya menyampaikan informasi mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) serta tanda-tanda yang mengharuskan ibu segera membawa anak ke fasilitas kesehatan.
Melalui kunjungan ini, saya belajar bahwa komunikasi yang terbuka dan bertahap sangat penting untuk menggali informasi kesehatan yang sensitif. Ibu tampak kooperatif dan mampu memahami penjelasan yang saya sampaikan. Kunjungan pertama ini menjadi dasar penting dalam proses pendampingan selanjutnya, terutama karena adanya faktor risiko kesehatan pada ibu yang perlu terus dipertimbangkan dalam pemantauan tumbuh kembang bayi.
